Mengutamakan Hikmah Puasa
Syekh Hasan Muhammad Masyath dalam kitabnya Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan saat memberikan catatan kaki atas ayat kewajiban berpuasa, yakni surat al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183) ad Ia berpendapat bahwasanya ayat لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ merupakan penjelasan Allah swt mengenai hikmah dan rahasia (sirr) ibadah puasa. Lebih jauh, ia juga mengatakan bahwasanya alasan Allah swt mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk berpuasa adalah agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya (yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya). Harapannya, dengan bertakwa kepada Allah swt, hamba tersebut akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. (Syekh Hasan Muhammad al-Masyath, Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan, hal. 5) Pelaksanaan ibadah puasa merupakan salah satu upaya agar orang-orang beriman dapat naik derajatnya menjadi orang-orang yang bertakwa (orang-orang yang selalu menjaga dirinya dari bahaya dunia dan akhirat, dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya). Dengan lebih memikirkan hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa di bulan Ramadhan, seseorang pasti akan lebih mengoptimalkan ibadah yang dilakukannya di bulan Ramadhan